Dongeng Bibi Vera: Kebun Wortel Kiki Kelinci

Jakarta 2015

Minggu pagi adalah waktu yang paling dinanti anak-anak Taman Bacaan Anak Lebah. Sebab, Minggu pagi adalah waktunya Bibi Vera mendongeng. Seperti biasa, Ah Cy, Taufik, Ferdinand, dan teman-teman lainnya sudah berkumpul di teras rumah Bibi Vera dengan rasa penasaran, dongeng apa lagi yang akan dibawakan Bibi Vera kali ini?

“Ini Kiki,” Bibi Vera tahu-tahu sudah duduk di depan anak-anak, membawa serta sebuah boneka tangan berbentuk kelinci. “Dia kelinci yang pandai bercerita. Teman-temannya suka sekali berkumpul di rumah Kiki, minum teh dan mendengar cerita-ceritanya yang menarik,” kisahnya.

“Wah, persis Bibi Vera, dong!” celetuk Taufik yang langsung disambut dengan suara “PSSST!” yang kompak dari teman-temannya.

“Pernah suatu hari, ia berkisah tentang monster yang suka memangsa pencuri, setelah sepatu baru milik Rubi Beruang hilang entah ke mana. Esok paginya, sepatu itu sudah kembali ke depan pintu rumahnya. Rupanya, si pencuri takut dimangsa monster!”

Lalu, Bibi Vera mengambil satu lagi boneka dari belakangnya. Rupanya seekor keledai.

“Keledai ini sahabat baik Kiki, namanya Ello. Ia teman yang baik dan sabar, tapi kurang pandai bergaul. Teman baiknya hanya Kiki. Mereka sudah berteman sejak masih kecil dan sama-sama suka wortel. Tiap hari Sabtu, mereka suka memasak bersama. Sup wortel, bubur wortel, kue wortel, semua serba wortel…”

“Ewww!” Ah Cy, Taufik, dan Ramli seketika mengernyitkan wajah membayangkan aneka hidangan dari wortel.

“Kenapa kalian tidak suka wortel? Wortel bagus!” sahut Sofia dengan aksen Belanda-nya.

“Betul, Sofia. Karena itu, Kiki dan Ello suka sekali makan wortel. Nah, suatu hari, musibah menimpa kebun wortel Ello. Saat ia bangun di pagi hari, tiba-tiba, semua wortelnya sudah hancur!Ello sedih sekali melihatnya. Bagaimana ia bisa makan kalau begini?

Rupanya, desa tempat Kiki dan Ello tinggal sedang diserbu tikus. Satu per satu kebun teman-teman Kiki dan Ello rusak oleh tikus-tikus yang bandel. Saat persediaan makanan Ello habis, ia pun tak punya pilihan selain mengetuk pintu rumah Kiki. Untung bagi Kiki, rumahnya terletak agak jauh dan ia sudah memasang banyak-banyak perangkap tikus.

‘Ki, kamu tahu, kan, kebun wortelku hancur?’

‘Iya, aku jadi ikut sedih. Terus, kamu makan apa sekarang?’

‘Itu dia, Ki. Persediaan makananku sudah habis. Aku boleh minta wortelmu, nggak?’

Kiki berpikir keras. Kemarin, Yansen si kuda poni sudah meminta wortelnya. Kemarinnya lagi, Mimi si marmut yang datang. Lama-lama, persediaan makanannya bisa habis. Bagaimana kalau suatu hari kebunnya diserang tikus juga? Tapi, Ello, kan, sahabatnya …

Akhirnya, Kiki memutuskan memetik sedikit wortelnya untuk Ello.

‘Nih, Ello, buat kamu,’ kata Kiki. Dalam hati, ia berharap agar Ello tak kembali untuk meminta wortelnya lagi.

Namun, ternyata, keesokan harinya dan hari berikutnya lagi, Ello masih datang dan meminta wortel Kiki. Ello memang tak suka meminta, ditambah lagi ia tak punya teman dekat selain Kiki. Meski kasihan, lama-lama Kiki takut juga persediaan makanannya habis kalau kebun wortelnya ikut diserbu tikus.

Akhirnya, setiap Ello datang, Kiki pura-pura tak mendengar atau tak ada di rumah. Demikian juga ketika teman-temannya yang lain mengetuk pintu.Kiki jadi tak pernah lagi mengundang teman-temannya datang untuk mendongeng. Kalau merasa bersalah, Kiki akan berkata pada dirinya sendiri,‘Ah, mereka pasti bisa meminta makanan dari yang lainnya.’

Anak-anak Lebah tampak khusyuk mendengarkan dongeng Bibi Vera. Mereka tak tahu, Bibi Vera punya maksud tersendiri dari dongengnya hari Minggu ini.

“Sampai suatu hari, Ello berhenti mengetuk pintu rumahnya. Kiki pun lega. Berarti, Ello sudah punya makanan dan ia tak perlu khawatir wortelnya habis.

Tapi, lama-lama, Kiki mulai kesepian. Biasanya, ia dan Ello suka menghabiskan waktu bersama. Sekarang, aneh juga rasanya minum teh sendiri, membuat kue sendiri, makan wortel sendiri. Maka, setelah beberapa hari, Kiki memutuskan mengunjungi Ello.

‘Tok-tok-tok,’ Kiki mengetuk pintu rumah Ello. Tak ada jawaban.

‘Tok-tok-tok,’ ia mengetuk tiga kali lagi. Tetap tak ada jawaban.

‘Ello!’ panggil Kiki sambil mencoba membuka pintu rumah Ello. Ternyata, pintu rumah Ello tidak dikunci.

Kira-kira, Ello kenapa, ya?”

“Ello diculik, ya, Bi?” tanya Ramli.

“Sakit, ya?”

“Diculik tikus!”

Bibi Vera tertawa mendengar anak-anak Lebah itu berebut menjawab.

“Betapa kagetnya Kiki menemukan Ello sedang terbaring lemah di sudut kamarnya. Ia bahkan nyaris tak dapat menjawab panggilan Kiki.

‘Ello, kamu kenapa?!’ seru Kiki panik.

‘A-aku lapar, Ki … Aku nggak berani minta makanan sama yang lain …’

‘Ya ampun, Ello! Sebentar, ya, aku bawakan wortel yang banyak!’

Setelah itu, Kiki langsung berlari pulang dan membawakan banyak makanan untuk Ello. Ia khawatir sekali melihat sahabatnya terbaring sakit karena kelaparan. Apalagi, Kiki sadar bahwa Ello jatuh sakit karena ia menolak berbagi makanan.

Kiki pun membantu Ello menanam kembali wortel-wortel di kebunnya. Setelah kebun Ello kembali seperti semula, ia menghadiahi Kiki banyak sekali kue wortel kesukaannya!”

Baru saja Bibi Vera menyelesaikan dongengnya hari itu, tiba-tiba Ah Cy sudah angkat bicara.

“Bibi Vera, mulai hari ini, semua orang boleh pinjam buku yang aku bawa. Tapi, jangan dirusak, ya!”

“Semua juga boleh makan mommy’s roti! Aku nggak mau teman-teman sakit!” tambah Sofia.

Bibi Vera tersenyum. Kadang, anak-anak lebih mudah mengerti manisnya berbagi.